Lilynd Madjid

Om Joni akhirnya pulang satu minggu kemudian. Ia mengetuk pintu saat Awan baru saja akan terlela...

EMPAT Nirwana membuka pagar besi. Suara berderit terdengar memekakan telinga. Ah, sudah lama ia tak melumasi en...

TIGA Tiba juga masanya, saat Nirwana harus meninggalkan kampung halaman. Sebenarnya dia sedih karena harus meni...

DUA   Nirwana tertunduk di depan gundukan tanah merah yang masih basah. Matanya juga basah, begitu pun juga hatinya. ...

SATU Suara-suara bising seperti ribuan tawon mendengung begitu dekat dengan tel...

Puisi Lily N. D. Madjid Seperti siput langkahku, di jalan panjang ini Sementara yang lain berlarian Kaki keci...

*Puisi Lily N. D. Madjid Topeng semakin digemari kini Mungkin sedang trend Siapa yang tak memakai top...

Puisi Lily N. D. Madjid Aku berjibaku dengan diri sendiri dan bayang-banyang Juga dengan segala yang ada di se...

*Puisi Lily N. D. Madjid Tuhan Beri aku satu ruang hening Juga waktu Dengan sebuah cermin besar di dalamnya ...

*Puisi Lily N. D. Madjid Lama aku berjalan menyusur segala arah Mencari sebuah cermin jernih Agar aku dapat b...

Puisi Lily N. D. Madjid *Pernah dimuat dalam buku Antologi Puisi 100 Penyair Perempuan Sesendo...

LUKA MENGANGA PUISI LILY N. D. MADJID Dingin dan sepi mengundang ilusi ...

Kita_Berteman_Kan_Alien Part_5 Ayah dan Bunda terbelalak menatap ke arah Roraz. Dia sedang menunjukkan w...

Kita_Berteman_kan_Alien Part_4 Afif masih termangu-mangu memandangi puing-puing suatu objek yang hangus terbak...

Kita_Berteman_kan_Alien Part_3 Hari berganti hari. Sudah dua minggu Roraz tinggal di rumah Afif. Ayah dan bund...